Laporan Acuan dan perancah - Politeknik Negeri Lhokseumawe
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung, jembatan maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat dari beton. Beton merupakan struktur utama pada suatu bangunan yang terdiri dari campuran semen, air, pasir, dan agregat kasar, yang berfungsi untuk menopang beban yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan bahan yang elastis, tetapi setelah umur tertentu akan mengeras dan mempunyai kekuatan tertentu pula, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Beton merupakan bahan bangunan yang hanya dapat menahan gaya tarik namun tidak dapat menahan gaya tekan. Untuk menghasilkan bangunan yang maksimal, beton tersebut haruslah dapat menahan gaya tarik dan tekan. Dalam perwujudan hal tersebut, maka beton perlu ditambahkan tulangan agar dapat menahan gaya tekan, sehingga beton dapat berfungsi dengan maksimal. Dengan ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton Bertulang.
Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat bantu yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/ Form Work yang berupa cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat sementara yang harus kuat dan kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak menimbulkan kerusakan pada beton.
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi Acuan dan Perancah
Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara yang berupa mal / cetakan pada bagian kedua sisi atas dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki.
Acuan berfungsi sebagai konstruksi yang diinginkan, Sedangkan Perancah berfungsi sebagai pembantu memperkuat bentuk konstruksi.
Acuan dan perancah itu sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan bentuk kepada konstruksi beton
2. Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
3. Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras dan mampu memikul beban sendiri maupun beban luar
4. Mencegah hilangnya air semen ( air pencampur ) pada saat pengecoran
5. Sebagai isolasi panas pada beton.
2.2 Macam-macam Konstruksi
Dalam ilmu teknik sipil terdapat 3 macam jenis konstruksi, yaitu :
a. konstruksi kayu
b. konstruksi baja
c. konstruksi beton bertulang
Masing-masing konstruksi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan:.
a) Konstruksi kayu
Keuntungan :
- Mudah dalam perawatan.
- Tidak dapat menghantarkan listrik.
Kerugian :
- Susah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan.
- Mudah lapuk atau di makan rayap.
b) Konstruksi baja
Keuntungan :
- Baja memiliki tingkat keutuhan yang lebih tinggi.
c) Konstruksi beton
Keuntungan :
- Mudah didalam pembuatan.
2.3 Syarat–syarat Umum Acuan dan Perancah
1. Kuat
Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada bekisting dan beban lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang diterimanya.
Ø Berat Sendiri (Beton)
Cetakan harus sanggup menahan berat beton yang di cetakan.
Ø Berat Hidup
Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang sedang mengerjakan beton tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan terjadinya suatu Gempa atau Retakan.
Pembebanan :
Beban mati (DL)
• Akibat beton
• Akibat acuan
Beban hidup (LL)
2. Kaku
Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan dan perancah ini, karena apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka hasil yang akan dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita capai tidak sempurna.
3. Mudah dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat sementara, dan hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.
4. Ekonomis dan Efisien
Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu bagus, namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi mutu dari bekisting dan didalam pembongkarannya acuan dapat digunakan kembali sehingga menghemat biaya.
5. Rapi
Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan mudah dalam penyusunan dan pembongkaran.
6. Rapat
Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting
7. Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan..
2.4 Kerugian–kerugian Jika Acuan dan Perancah Kurang Baik
1. Perubahan geometric
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan rencana, misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku, akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan pekerjaan finishing lagi.
2. Penurunan mutu beton
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan air yang diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan beton menjadi berkurang
3. Terjadinya perubahan dimensi
Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya. Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya.
2.5 Bagian–bagian Acuan dan Perancah
a) Bagian pada acuan
1. Papan Cetakan
2. Klam Perangkai
b) Bagian pada perancah
1. Tiang acuan/Tiang Penyangga
2. Gelagar
3. Skur
4. Landasan
5. Penyokong
2.6 Bahan dan Alat
Bahan - bahan
Bahan-bahan yang digunakan berupa :
1) Kayu(kelas III dan kelas IV)
2) Plywood / multiplex
3) Paku
4) Kawat
5) Benang
6) Paralon
7) Pipa besi sebagai skur
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam Acuan dan Perancah II :
1. Meteran Baja (kecil)
2. Unting-unting
3. Waterpass
4. Gergaji Mesin
5. Roll Kabel
6. Palu Cakar
7. Gergaji Tangan
8. Mistar Siku
9. Rapid Klam
10. Kunci Rapid Clamp
11. Plat Clamp
12. Baji
13. Kakatua
14. linggis.
15. lempengan baja
16. Tangga
17. Kapur/Pensil
18. Kunci
19. Mur
20. Kaca Mata
21. Helm
22. Baja tulangan
23. Earphone
24. Roll Meter Besar
25. Selang
26. Steel Proof
27. Scaffolding
28. Pipa Penyambung Scaffolding
2.7 Metode yang digunakan Dalam Acuan dan Perancah
1. System Tradisional
Yaitu suatu metode yang masih menggunakan material lokal, sedangkan konstruksinya konvensional. Penggunaan terbatas hanya sampai pada beberapa kali penggunaan untuk bentuk yang rumit akan banyak memakan waktu dan tenaga.
2. Semi System
Yaitu suatu metode dimana material dan konstruksinya sudah merupakan campuran antara material lokal dan buatan pabrik akan bisa kita pakai terus-menerus, oleh karena itu penggunaan metode ini hanya untuk pekerjaan yang mengalami beberapa kali pembuatan terus-menerus.
3. Full System
Yaitu suatu metode dimana semua materialnya merupakan buatan pabrik dan konstruksinya tidak lagi konstruksi konvensional. Materialnya bisa digunakan secara terus-menerus dan penggunaannya sangat mudah dan sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatannya. Untuk menginvestasikannya memerlukan banyak pertimbangan karena harga bekisting ini cukup mahal. Sebelum pekerjaan dimulai kita harus menghitung terlebih dahulu beban-beban yang akan diterima.
Dalam Acuan dan Perancah II, metode yang digunakan adalah metode Semi Systerm.
BAB III
PEMASANGAN BOWPLANG
3.1 MENENTUKAN KEMIRINGAN (elivasi tanah)
3.1.1 Tujuan
Setelah melakukan praktek ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menentukan elivasi kerataan dengan baik dan benar.
2. Menggunakan perkakas dengan baik.
3. Mengontrol ketajaman mata dan memasang patok dengan benar.
3.1.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan antara lain:
1) Meteran panjang 50 m
2) Meteran 5 m
3) Selang plastic Φ 12 m
4) Martil besar dan martil kecil
5) Siku
6) Pensil
7) Kampak
8) Gergaji Potong
9) waterpass
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain:
1. Kayu untuk membuat patok dengan ukuran 5x7 cm
2. papan
3. Paku ukuran 2”
3.1.3 Keselamatan Kerja
1. Berdo’alah terlebih dahulu sebelum memulai bekerja.
2. Mendengarkan instruksi dari instruktur dengan baik.
3. Baca petunjuk yang telah ada pada job sheet dan pelajari juga terlebih dahulu gambar kerjanya.
4. Pakailah pakaian kerja dengan lengkap.
5. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya
6. Utamakan ketelitian saat bekerja
7. Pusatkan pikiran dan konsentrasi pada pekerjaan yang sedang dikerjakan
8. Jangan menggunakan alat-alat kerja untuk bermain atau bercanda dengan teman.
3.1.4 LANGKAH KERJA
1. Buat patok menggunakan kayu dolken atau balok broti ukuran 5x7 cm dengan panjang 100 cm sebanyak 16 buah.
2. sediakan papan dengan lebar 7 cm panjang lengan horizontal 100 cm, lengan vertikal 7 cm, tebal papan 2 cm. paku kedua lengan tersebut dengan sudut 900 dipaku dengan keadaan kokoh .
3. Cari lokasi kerja yang leluasa dan cocok untuk praktek ini.
4. Pasang 2 buah patok yaitu A dan B dengan jarak antara kedua patok 1 m dengan ketinggian yang sama, tancapkan hingga kokoh lalu tancapkan seperti serupa dengan jarak patok 8 m.
5. Levelkan kedua patok tersebut hingga benar-benar rata
6. Periksalah kekokohan patok agar tertancap baik dalam tanah.
7. Konsentrasikan pikiran anda pada pekerjaan utamakan keselamatan dan jaga kekompakan sesama team kerja.
8. Pasanglah papan di ke 2 pasang patokan diposisikan berdasarkan kesamaan ketinggian yang sama.
9. Pasanglah benang dari papan ke papan sebagai acuan as jika pada saat pembangunan kontruksi.
BAB IV
BIKISTING DINDING
4.1 Acuan Dinding
Pembuatan acuan dinding merupakan acuan yang banyak menggunakan bahan dasar plywood.
Macam-macam acuan dinding:
1. Acuan dinding dengan klam pengaku
2. Acuan dinding dengan kawat pengikat
3. Acuan dinding dengan batang pengikat
Acuan Dinding dengan Rapid clamp memiliki cara teknik pekerjaanya sama dengan Kolom dengan Rapid. Clamp. Dinding dengan Rapid clamp itu harus kuat dan kaku serta siku dalam pembuatan cetakannya ,agar menghasilkan dinding sesuai dengan harapan kita dan bermutu yang baik. Acuan Dinding dengan menggunakan Rapid clamp relative rumit dan perlu ketelitian dan kehati-hatian, karena dalam pembuatan cetakan dinding dengan Rapid clamp cetakan itu harus siku dan memiliki jarak sama tiap dinding serta datar dan tegak.
4.2 Peralatan dan bahan, antara lain :
Peralatannya :
Siku
Pensil/ kapur
Meteran 5 m
Rapid klam/ waler wing nut
Palu/ martil
Gergaji
Palu kambing
Unting- unting
Water pas
Mesin gergaji potong
Bahannya :
Kayu meranti ( kelas 3 )
Multiplek
Balok kayu 10/10
Pipa PVC 3/8”
Lat
4.3 keselamatan kerja :
1. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya
2. Letakkan peralatan pada tempat yang aman dan tidak membahayakan bagi manusia ataupun alatnya sendiri.
4.4 Langkah kerja :
1. Siapkan balok ukuran 5/7 dan multiplek 12 mm
2. Gambarlah ukuran pertama/ garis di lantai untuk pengukuran pertama sekali
3. Cek ulang kesikuan garis dengan menggunakan siku
4. Kemudian baru proses peletakan multiplek di atas garis yang sudah digaris tadi
5. Kemudian taruklah kayu balok yang berhempit dengan multiplek untuk penyangganya
6. Lakukan proses ke 4 dan ke 5 disebelahnya
7. Pasangkan clem disamping kiri dan kanan kayu balok sampai erat, sehingga mal tersebut tidak goyang
8. Dan jangan lupa mengecek kesikuan malnya sebelum proses pemasangan clemnya.
BAB V
BEKISTING KOLOM
5.1 Fungsi dan Bentuk Kolom
Fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban yang berada di atasnya dan meneruskannya ke pondasi.
Bentuk penampangan kolom:
1. Bujur sangkar
2. Empat persegi panjang
3. Lingkaran
4. Segi banyak
5. Dll
Konstruksi dari pada acuan ini bermacam bentuk dan ukurannya, disesuaikan dengan beban yang berada di atasnya dan dari segi estetika.
5.2 Syarat-syarat Acuan Kolom
1. Syarat Umum
2. Tegak
3. Posisi tepat/As
5.3 Bagian–bagian dari Acuan Kolom
1. Papan Acuan
Papan acuan dapat terbuat dari multiplek atau papan acuan. Apabila menggunakan papan, maka sebaiknya penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar atau memanjang sesuai dengan lebar kolom yang kita kehendaki. Jika menggunakan plywood, maka penyambungan dengan arah melebar tidak diperlukan.
2. Klem-klem Perangkai
Penyambungan papan dengan arah melebar dapat dilakukan dengan menggunakan klem dari sisa-sisa potongan kayu yang masih cukup panjangnya dengan lebar papan yang akan disambung. Sedangkan jarak klem-klem perangkai tergantung dari besarnya penampang kolom yang akan dibuat.
3. Papan Penjepit Dinding
Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem yang dibuat. Papan terpasang satu dengan yang lainnya pada tiang yang telah dipasang. Fungsi papan penjepit adalah agar papan cetakan tidak pecah ketika beton di cor dan dipasang dengan jarak 40 – 65 cm.
4. Penyetelan Acuan Kolom
Apabila semua sudah siap, maka semua bahan acuan disiapkan di tempat yang akan dipasang cetakan. Pertama-tama dinding yang telah dirangkai satu sama lain dipakukan pada ketiga sisinya dan apabila terjadi menggunakan tulangan, maka tulangan dipasang dan kerangka acuan dirangkai. Agar kolom tegak dan kokoh, digunakan Rapid Clamp atau Plat Clamp. Namun sebelumnya cek dulu menggunakn unting-unting agar benar-benar pada posisi tegak dan tepat As.
PENGERJAAN :
5.4 Tujuan Praktek :
Pada akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat :
1. Membuat cetakan kolom dengan baik dan benar serta rapi dengan menggunakan rapid klem.
2. Dapat menyetel cetakan kolom menjadi vertical dan sesuai posisi
3. Meluruskan kedudukan cetakan kolom yang satu dengan cetakan kolom yang lainnya
4. Dapat menghitung jumlah kebutuhan bahan yang diperlukan
5. Dapat mempergunakan alat sesuai fungsinya.
5.5 Peralatan yang Digunakan :
1. Kapur/Pensil 12. Kunci
2. Pralon 13. Tangga
3. Mistar siku
4. Roll meter besar dan kecil
5. Gergaji mesin dan manual
6. Roll Kabel
7. Palu cakar
8. waterpass
9. unting-unting
10. rapid clamp lengkap dengan (Lempengan baja, mur, baja tulangan)
11. pengunci rapid clamp
5.6 Langkah kerja :
1. Siapkan alat serta bahan yang akan digunakan
2. Pasang multiplek samping kanan dan samping kiri
3. Pakukan multiplek tadi pada balok 7/10 pada tepinya dengan arah memanjang
4. Dari multiplek yang telah diberi penguat dari balok tadi, kemudian dirangkai dengan posisi yang lebarnya 40 cm terletak diapit
5. Setelah cetakan kolom terangkai dan berdiri, kemudian tentukan leetak usuk yang digunakan untuk mengapit rapid klam sebagai penguat cetakan kolom tersebut
6. Dikontrol ketegakan dari cetakan kolom tersebut dengan menggunakan waterpas atau dengan menggunakan unting-unting.
BAB VI
BEKISTING BALOK
Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban lantai atau tembok ke kolom.
6.1 Syarat-syarat Acuan Balok:
1. Syarat umum
2. Ketepatan posisi/as
3. Elevasi
4. Kedataran
6.2 Bagian-bagian dari acuan balok :
1. Tiang penyangga
2. Dudukan tiang
3. Skur tiang perancah
4. Penyetelan tiang acuan
5. Klan Perangkai
6. Gelagar
7. Landasan
1) Tiang Penyangga
Pada tiang penyangga atau perancah digunakan kayu dolken. Untuk pemasangan tiang ini ada dua jenis yaitu satu tiang perancah dan diletakkan di tengah-tengah, namun apabila dua buah tiang penyangga maka penempatannya pada bagian-bagian tepi cetakan.
Jarak antara tiang-tiang tersebut sekitar 40-60 cm.
2) Dudukan Tiang
Dudukan tiang dapat diletakkan di dua tempat yaitu di tanah dan di lantai.
• di tanah
Dudukan perancah di tanah harus diberi landasan papan agar didapat tekanan yang kecil. Sehingga kemungkinan tiang turun akan diperkecil. Apabila tanahnya lembek bisa kita atasi dengan memperluas landasan, sedangkan untuk menggeserkan tiang kita perlu baji.
• di lantai
Meletakkan tiang pada lantai hampir sama dengan pada tanah, tetapi apabila tiangnya terletak pada lantai dua maka perancah pada tiang sebelumnya juga dibongkar dahulu sebab beban yang diterima di lantai dua kali melebihi kemampuannya.
3) Skur Tiang Perancah
Agar tiang-tiang dapat berdiri tegak dan kaku diperlukan adanya pengaku kontrol atau diagonal yang dipasang dalam arah sumbu X dan sumbu Y. Pada sumbu X antara tiang dengan tiang dipasang pengaku diagonal yang dipasang saling bersilangan sedangkan pada sumbu Y dipasang dari tiang ke tiang ke dalam tanah yang telah diberi pasak. Hal ini diperlukan terutama pada konstruksi acuan dengan tiang tunggal
4) Penyetelan Acuan Dan Perancah
1. Pengukuran sesuai dengan rencana
2. Pemasangan perancah tiang, dudukan skoor
3. Pemasangan gelagar
4. Pemasangan lantai yang dipakukan pada gelagar
5. Pemasangan dinding cetakan dan memasang klem penjepit disamping bawah dan dipasang pengaku setelah ukurannya benar.
5) Landasan
Landasan dibuat sebagai pijakan tiang, agar tiang tidak masuk ke dalam tanah.
6.3 Macam-macam Balok
1. Sloof
Sloof merupakan balok yang berada di bawah permukaan lantai atau tanah yang berfungsi menopang beban terutama dinding yang selanjutnya diteruskan ke pondasi. Balok ini menghubungkan antara pangkal bawah kolom yang satu dengan yang lainnya agar bangunan lebih kokoh maupun untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran pondasi ke arah mendatar.
Selain balok ini ada balok lain lagi yang disebut balok pengikat. Balok ini berada melintang di bawah lantai pada bangunan yang mempunyai ruangan memanjang (misalnya aula) tanpa dipisahkan oleh dinding. Balok ini berfungsi untuk mengikat antara kedua jalur dinding dan pondasi untuk mencegah pergeseran horizontal.
2. Balok Induk dan Balok Anak
Jenis balok ini merupakan balok yang menopang langsung lantai -lantai bangunan, berarti merupakan kombinasi antara balok dengan lantai. Dengan adanya balok tersebut, ukuran lantai dapat diperkecil (lebih tipis) jika dibandingkan dengan lantai yang direncanakan tanpa memakai balok. Balok induk merupakan penopang utama dari balok anak dan sebagian lantai beban lantai yang selanjutnya diteruskan ke kolom sebagian pendukungnya. Selain fungsi - fungsi di atas, maka balok ini berfungsi mengikat antara kolom yang satu dengan yang lainnya agar bangunan dapat lebih kokoh.
3. Balok ring
Balok ring atau ring balok berada di ujung atas dinding pada suatu bangunan gedung berfungsi mengikat antara kolom yang satu dengan yang lainnya dan mendukung beban di atasnya berupa sebagian beban atap, kemudian diteruskan ke kolom.
4. Balok lantai
Jenis belok ini membentang di atas kusen pintu dan jendela. Pada bangunan yang struktur utamanya dari beton bertulang, maka balok lantai ini berada di atas pintu dan jendela di sepanjang dinding.
Jadi fungsi utamanya adalah menopang dan meneruskan beban dari dinding ke kolom pendukungnya agar tidak membebani kusen di bawahnya. Pada prisnsipnya, kusen tidak boleh dibebani dari atas karena dapat mengakibatkan terjadinya lendutan pada kusen tersebut dan akhirnya daun pintu dan jendela tidak dapat berfungsi dengan baik.
5. Balok Kantilever
Balok kantilever merupakan balok yang salah satu ujungnya bebas. Balok ini tidak ada batasan letaknya, misalnya menopang atap teras, menopang lantai dan sebagainya.
6.4 Peralatan dan Bahan
Peralatannya :
Gergaji
Rapid klam/ waler wing nut
Palu/ martil
Meteran 5 m
Unting-unting
Siku
Scafolding
Bahannya :
Paku
Multiplek dengan ukuran 12 mm
Balok kayu 7/10
6.5 Langkah kerja :
1. Siapkan alat serta bahan yang akan digunakan
2. Buatlah cetakan balok sesuai dengan ukuran pada gambar kerja
3. Tentukan ketinggian untuk cetakan balok dan beri tanda pada cetakan kolom yang sudah ada
4. Pasanglah cetakan balok tadi pada cetakan kolom yang sudah ada dan topanglah dengan scaffolding dengan jarak tertentu dan diperkuat dengan klam
5. Setelah terpasang keempat sisi cetakan balok tersebut, pasanglah scafolding sebagai penyangga dan diatasnya kayu balok ukuran 7/10 untuk memakukan multiplek
6. Setelah terpasang semua, kontrollah kedataran, kesikuan dan ketinggiannya.
BAB VII
BEKISTING LANTAI
Yang perlu diperhatikan ketinggian dari lantai itu sendiri disamping cetakan konstruksi yang harus kuat dan kokoh.
7.1 Syarat-syarat Acuan Lantai, yaitu:
1. Syarat umum
2. kedataran
3. Elevasi
7.2 Bagian-bagian yang penting dari plat lantai :
1. Tiang acuan dan pengaku
Tiang acuan dipasang di atas papan landasan yang berada di atas tanah. Pemasangan tiang ini bersamaan dengan sebagian papan pengaku yang berfungsi sebagai perangkai-perangkai tiang itu sendiri dan sisanya dipasang setelah gelagar.
2. Gelagar
Gelagar-gelagar yang dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan. Pemasangan dimulai dengan gelagar-gelagar bagian tepi dan kemudian bagian tengah. Bagian atas gelagar ini kita hubungkan dengan dua atau tiga benang yang fungsinya untuk pedoman ketinggian dari gelagar-gelagar bagian tengah. Jika papam gelagar sudah dipasang, maka papan pengaku dipasang semuanya.
3. Lantai cetakan
Lantai cetakan dipasang di atas tiang gelagar. Apabila pada pekerjaan ini menggunakan papan, maka sisi papan harus diketam terlebih dahulu. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan finishing biasanya lantai cetakan memakai plywood lebih licin dari pada permukaan papan.
7.3 Peralatan dan bahan, antara lain :
Peralatannya :
Tiang perancah ( satu set )
Tangga
Waterpas
Siku
Pensil
Meteran 5 m
Ringgis
Bahannya :
Balok kayu 7/10
Multiplek dengan ukuran 12 mm
paku
7.4 Langkah kerja :
1. Siapkan alat serta bahan yang akan digunakan
2. Pasang perancah dengan kuat dan baik
3. Atur posisi perancah dengan baik sesuai dengan posisi yang diinginkan
4. Taruklah balok kayu 7/10 dengan posisi memanjang dan sejajar dengan bekisting balok
5. Ukur kesikuan balok kayu dengan menggunakan waterpass
6. Setelah penarukan semua selesai, maka baru proses penarukan multiplek diatas balok kayu tersebut
7. Dan ukur kesikuan penarukan multiplek dengan menggunakan waterpass.
BAB VIII
PEMBONGKARAN PERANCAH
Syarat-syarat Pembongkaran Acuan dan Perancah
1. Syarat Ekonomis
Pada saat acuan dibongkar usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipergunakan kembali agar dapat mnghemat biaya seminimal mungkin. Hal ini dapat dilakukan apabila dalam pembongkaran dilakukan secara hati – hati.
2. Syarat Keamanan
Selain syarat ekonomis harus juga diperhatikan syarat–syarat keamanan. Hal ini penting sekali, jangan sampai di dalam pembongkaran urutan pembongkaran tidak diperhatikan sehingga bagian yang belum terbongkar ataupun yang sudah terbongkar dapat mencelakakan pekerja yang sedang bekerja. Misalnya di dalam pembongkaran acuan dan perancah lantai. Pertama dibongkar dahulu skur–skurnya kemudian tiang-tiangnya. Dalam pembongkaran tiang, harus hati–hati karena tiang ini yang menyangga seluruh beban di atasnya. Kalau tidak hati–hati maka apa–apa yang ada di atasnya bisa rubuh dan menimpa pekerja yang sedang berada di bawahnya. Gunakan pakaian keamanan ( sepatu safety, helm, tali, sarung tangan, dan kaca mata ).
3. Syarat Konstruktif
Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan bidang momen yang timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi pada pembongkaran tiang perancah lantai harus dimulai dari tengah dulu kemudian ke arah tepi. Hal ini dimaksudkan agar bidang momen yang timbul akan sama dengan bidang momen yang direncanakan. Sedang pada pembongkaran konsol ( balok kantilever ), dimulai dari ujung. Dengan maksud untuk mendapatkan bidang momen yang sama.
Syarat konstruktif untuk pembongkaran acuan dan perancah dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Berdasarkan Waktu
Berdasarkan waktu pembongkaran dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen, acuan ini boleh dibongkar setelah bentuk beton stabil (cetakan dinding balaok, cetakan dinding) > 24 jam.
2. Untuk penyangga datar yang menahan momen : boleh dibongkar setelah beton mencapai kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji kubus di laboratorium, untuk beton konvensional 28 hari (beton tanpa bahan tambahan).
3. Berdasarkan Metode
Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang telah direncanakan.
Metode-metode yang digunakan dalam pembongkaran acuan dan perancah adalah :
1) Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang telah direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat pembongkaran sama dengan momen yang telah direncanakan.
2) Pembongkaran acuan dan perancahnya dimulai dari ujung untuk mendapatkan bidang momen yang sama.
3) Pembongkaran tiang perancahnya harus dimulai dari tengah dan diteruskan di kiri kanannya sampai ke tepi.
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
Kesimpulannya adalah ketika melakukan pembongkaran, tidak merusak konstruksi yang telah jadi.
9.2 Saran
Saran jangan bersenda ketika saat praktik agar hasil dapat maksimal dan terhindar dari hal yang tidak di inginkan.
Tempat Download - pasword:wardiansyah
Tinggalkan comment jika ada yang kurang jelas, terima kasih,,J
Laporan Acuan Dan Perancah - Politeknik Negeri Lhokseumawe >>>>> Download Now
ReplyDelete>>>>> Download Full
Laporan Acuan Dan Perancah - Politeknik Negeri Lhokseumawe >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Laporan Acuan Dan Perancah - Politeknik Negeri Lhokseumawe >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK p0